1+1=2
Wednesday, September 5, 2012
Tuesday, August 7, 2012
Shelter Pejaten
Sebenarnya
sudah lama saya tahu tentang Shelter Pejaten, tapi baru akhir-akhir
ini saya memberanikan diri datang ke sana. Berbekal info minim dari
google akhirnya pergi juga ke sana. Waktu itu hari Selasa (lupa
tanggal berapa), sekitar jam setengah 7 baru sampai di yang sana
(bener-bener dadakan). Pandangan pertama jauh dari bayangan, tempat
tertutup, pagar tinggi, banyak mobil-mobil jeep, dan yang paling
serem penjaganya tanya ke saya dengan nada dan ekspresi yang
bener-bener ga nyantai. Akhirnya setelah saya bilang maksud dan
tujuan baru deh ekspresi dan nada bicaraanya agak turun. Tapi juga ga
semulus itu, saya diminta datang lagi hari Sabtu, oke saya pulang
masih dengan rasa penasaran.
Hari
sabtu semuanya lancar, akhirnya bisa masuk juga liat anjing-anjing
sekaligus kucing-kucing. Bentuknya kaya pendopo besar dengan sedikit
aksen Bali, waktu masuk semuanya gonggong, rame pake banget, seneng
banget akhirnya tahu shelter pejaten itu kaya apa. Tapi ga lama
setelah itu semuanya tenang lagi, ga ada yang gonggong sebaliknya
mereka semua ngedatengin saya minta dielus-elus (ga semua si ada
juga yang cuek-cuek aja -_-).
Didepan
pendopo ada lapangan yang cukup luas, jadi anjing-anjing disana bisa
bebas main, lari-larian. Di belakang ada lagi kumpulan anjing-anjing,
tapi disini ga semuanya bebas berkeliaran ada juga yang dikandangain.
Kenapa dikandangin? Anjing yang dikandangin itu biasanya ada yang
belum disteril, belum bisa bersosialisasi dengan yang lain, atau
karena masih terlalu kecil. Jadi akan jauh lebih aman kalau mereka
dikandangin.
Waktu
makan jadi hal yang menarik buat saya, para kennel boy mulai siapin
makanan untuk anjing-anjing disana. Menunya adalah nasi, kuah kaldu
ayam, ceker, dicampur makanan kering. Semuanya diaduk di dalam baskom
besar. Yang menarik disini ada sepanci ayam ditaruh dilantai tapi ga
ada satupun anjing yang ngambil ayam di panci itu. Semuanya sabar
nunggu makanannya dibagi sama rata. Dan waktu semuanya siap
anjing-anjingnya serentak duduk menghadap ke pintu dapur nunggu
dikasih makan. Hebat, semuanya tertib, ga ada yang berantem, anjing
aja bisa sabar loh ga egois. Cuma anjing yang kecil-kecil dikandangin
supaya ga kehabisan makanan. Tapi sedih juga litany mereka mungkin
bosen dengan menu yang itu-itu aja, nasi kaldu ceker plus makanan
kering setiap hari. Jadi ada beberapa yang ga lahap makannya. Tapi
itu juga sudah sangat lebih baik dari pada mereka dijalanan ga
keurus. Maka dari itu kalo temen-temen mau bisa bawain makanan buat
anjing-anjing di Shelter seperti dog food, daging, telur atau yang
lainnya supaya mereka punya variasi makanan.
Dan
untuk sekedar info shelter pejaten berdiri sejak tahun 2009, sudah
menampung 300an anjing dan 60an kucing, ada juga monyet disana.
Shelter ini berdiri ditanah seluas 1,5hektar milik Dr. Sussana
Somali. Semakin banyak anjing terlantar dijalan, karenanya sangat
diharapkan temen-temen mau adopsi anjing atau kucing disana sehingga
mereka punya rumah dan keluarga yang lebih hangat, selain itu agar
Shelter Pejaten bisa membantu anjing-anjing terlantar diluar sana.
Karena shelter juga memiliki keterbatasan untuk terus-terusan
menampung banyaknya anjing terlantar di lingkungan kita.
Dan itu tadi pengalaman pertama saya datang kesana, pengalaman menyenangkan. Saya pasti kembali lagi!
Monday, August 6, 2012
Bantuan Shelter Pejaten
Melihat banyaknya anjing dan kucing terlantar dilingkungan sekitar, ingin menolong namun tidak memiliki cukup waktu, tempat atau kecukupan financial. Kemudian kita berlalu dan meninggalkannya begitu saja. Dalam hati berdoa agar mereka segera mendapat pertolongan kemudian mencemooh kepada pemilik sebelumnya yang tega menelantarkan binatang begitu saja. Sebenarnya kita mampu berbuat lebih untuk menolong jika kita bersama-sama melindungi mereka.
Terima kasih teman-teman untuk partisipasinya membantu shelter pejaten. Pertama-tama saya tegesin kalo kegiatan ini murni untuk membantu, saya bukan dari organisasi manapun, juga gak diminta oleh siapapun, cuma mau membantu menyalurkan donasi dari temen-temen, jadi temen-temen ga perlu khawatir dananya dipakai untuk konsumsi atau transportasi anggota, semua dana masuk ke Shelter Pejaten
Banyak terima kasih untuk donasinya
- Aditya Novita S : Rp 25.000,-
- Adrianus Reffanto : Rp 25.000,-
- Agustina Ragita : Rp 20.000,-
- Anastasya G Larasati : Rp 120.000,- (koran bekas)
- Ditha Ariska : Rp 20.000,-
- Emellya Destriyati : Rp 20.000,-
- Enrico Didi : Rp 20.000,-
- Ignatia Kristanti : Rp 15.000,-
- Maria Octaviany : Rp 20.000,-
- Matthew Billy : Rp 20.000,-
- Mira Margareth : Rp 10.000,-
- Patricia Novi : Rp 30.000,-
- Ryan Arvadith : Rp 20.000,-
- Vanessa Devania : Rp 50.000,-
- Windyaningtyas Prisma : Rp 60.000,-
- Wisnu Yuwono : Rp 25.000,-
Jumlah keseluruhan : Rp 500.000,-
Dana yang terkumpul selanjutnya digunakan untuk membeli keperluan di Shelter Pejaten, diantaranya untuk :
- Shampo Anjing : Rp 40.000,-
- Dog Food (20kg) : Rp 320.000,-
- Cat Food (2,5kg) : Rp 85.000,-
- Pembersih Lantai : Rp 22.000,-
- Biscuit Anjing : Rp 20.000,-
- Kanebo : Rp 13.000,-
Jumlah Keseluruhan : Rp 500.000,-
Bantuan akhirnya dikirim hari Sabtu 5 Agustus 2012.
Sayang temen-temen ga ada yang bisa ikutan ke sana, anjing disana antusias waktu dapet biscuit dari kita, soalnya mereka terbiasa makan pokok. Jarang ada snack, sayang karena keterbatasan ga semuanya kebagian snack. Buat temen-temen yang mau bawain makanan sendiri kesana boleh. Tapi harus adil, jangan sampe bikin anjing yang lain iri. Bisa-bisa pada berantem
Pencarian dana masih dilakukan terutama untuk vaksinasi dan sterilisasi, jadi bagi teman-teman yang masih atau ingin membantu bisa melalui saya ataupun langsung datang kesana. Kenapa harus sterilisasi? Karena semakin banyak anjing dan kucing terlantar dilingkungan kita, sedangkan masyarakat tidak dapat bertanggung jawab sepenuhnya atas banyaknya kelahiran anjing yang akhirnya menelantarkan mereka dipinggir jalan atau dibuang dilingkungan lain. Jadi bagi teman-teman yang masih atau ingin membantu bisa melalui saya ataupun langsung datang kesana. Dengan bantuan dari teman-teman setidaknya kita semua sudah melakukan tindakan untuk mengurangi penderitaan mereka.
|
Kalau ada yang mau adopsi atau main kesana, bisa bareng atau kesana sendiri.
Alamatnya di Jalan Pejaten Barat no.45W, Jakarta Selatan
Dibuka untuk umum Sabtu-Minggu
terima kasih bersedia menjadi dog guardian :)
Friday, May 4, 2012
182. Konflik Intrapersonal
Konflik
intrapersonal adalah konflikseseorang dengan dirinya sendiri. Konflik
terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang
tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri
seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
181. prinsip rasionalitas
Bagi Weber, dunia terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukannya dan ditujukan untuk mencapai apa yang mereka inginkan/kehendaki. Setelah memilih sasaran, mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan.
Sosiolog juga manusia, mengapresiasi lingkungan sosial di mana mereka berada, memperhatikan tujuan-tujuan warga masyarakat yang bersangkutan dan oleh sebab itu berupaya memahami tindakan mereka.
Perhatian Webber pada teori-teori tindakan berorientasi tujuan dan motivasi pelaku, tidak berarti bahwa ia hanya tertarik pada kelompok kecil, dalam hal ini interaksi spesifik antar individu. Berbeda dengan Marx dan Durkheim yang memandang tugas mereka adalah mengungkapkan kecenderungan-kecenderungan dalam kehidupan sosial manusia dan lebih mengarah pada fungsionalisme dalam kehidupan masyarakat. Weber tidak sejalan dengan pandangan tersebut. Namun sama halnya dengan Marx, Weber juga memperhatikan lintasan besar sejarah dan perubahan sosial. Dan yakin bahwa cara terbaik untuk memahami berbagai masyarakat adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang menjadi ciri khasnya.
Weber berpendapat bahwa anda bisa membandingkan struktur beberapa masyarakat dengan memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat tersebut bertindak, kejadian historis (masa lalu) yang memengaruhi karakter mereka, dan memahami tindakan para pelakunya yang hidup di masa kini, tetapi tidak munngkin menggeneralisasi semua masyarakat atau semua struktur sosial.
Weber memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan campur tangan proses pemikiran (dan tindakan bermakna yang ditimbulkan olehnya) antara terjadinya stimulus(pemacu, penggerak) dengan respon (reaksi). Baginya tugas analisis sosiologi terdiri dari “penafsiran tindakan menurut makna subjektifnya” (Weber, 1921/1968: 8).
Dalam teori tindakannya, tujuan Weber tak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan reuglaritas tindakan, dan bukan pada kolektivitas.
“Tindakan dalam pegertian orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang manusia individual”(Weber, 1921/1968: 8).
Tipe-tipe Tindakan :
Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan,dan mengklasifikasinya menjadi empat tipe tindakan dasar, yang dibedakan dalam konteks motif para pelakunya:
- Tindakan Rasionalitas Sarana-Tujuan/Instrumental (beroreintasi tujuan/penggunaan)
Tindakan “yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain; harapan-harapan ini digunakan sebagai ‘syarat’ atau ‘sarana’ untuk mencapai tujuan-tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional” (Weber, 1921/1968: 24).
Ex : Tindakan ini paling efisien untuk mencapai tujuan ini, dan inilah cara terbaik untuk mencapainya.
- Tindakan Rasionalitas Nilai (berorientasi nilai)
Tindakan “yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya” (Weber, 1921/1968;24-25).
Ex : Yang saya tahu hanya melakukan ini.
- Tindakan Afektif
Tindakan yang ditentukan oleh kondisi emosi aktor. Tindakan ini hanya mendapat sedikit perhatian dari Weber.
Ex : Apa boleh buat maka saya lakukan.
- Tindakan Tradisional
Tindakan yang ditentukan oleh cara bertindak aktor yang sudah terbiasa dan lazim dilakukan.
Ex : Saya melakukan ini karena saya selalu melakukannya.
Dari keempat tindakan itu, tentunya erat kaitannya dalam keseharian masyarakat hingga saat ini. Seperti tindakan tradisional misalnya, dimana kebiasan ini (tindakan) biasa kita lihat karena kebiasaan hidup masyarakat, salah satu contoh bisa kita ambil upacara adat atau kegiatan lainnya yang memang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat.
Jika kita meliat dari tindakan afektif, pelaku/aktor/masyarakat seakan terpaksa melakukan sebuah tindakan, hal ini bisa dilaitkan mungkin dengan tidak adanya pilihan lain yang harus dilakukan atau adanya unsur tekanan dari pihak tertentu sehingga keterpaksaan pun dilakukan.
Sedangkan pada rasionalitas nilai dan rasionalitas sarana-tujuan, lebih menekankan kepada orientasi yang ada didalam masyarakat, mulai dari nilai hingga tujuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Tipe-tipe Ketidaksetaraan
Weber tidak mau mereduksi stratifikasi menjadi sekadar faktor ekonomi (atau kelas, menurut pengertian Weber), melainkan melihatnya sebagai sesuatu yang bersifat multidimensional. Masyarakat terstratifikasi menurut basis ekonomi, status dan kekuasaan. (George Ritzer, 2004;138). Weber menolak konsep Marxis mengenai ketidaksetaraan kelas adalah hal yang terpenting. Baginya analisis komparatif dan historis membuktikan bahwa kelompok status yang mengandung prestis tertentu, danpartai (partai politik) yang memiliki pengaruh politik (partai penguasa) dapat menjadi sumber yang signifikan sebagai anggota kelas.
Dari beberapa kalimat diatas, ada 3 kata kunci yang sudah dipertebal yakni Kelas, Status dan Partai. Weber mempunyai pendapat mengenai 3 hal ini dan hubungannya dengan ketidaksetaraan. Seperti yang telah dituliskan diatas mengenai status dan partai yang dapat menjadi sumber yang signifikan sebagai anggota kelas. Dimana dari 2 hal tersebut bisa menjadi sumber yang paling utama dalam ketidaksetaraan.
sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2010/07/19/sedikit-tentang-max-weber/
180. pedoman untuk menemukan rentang kendali
pedoman untuk menemukan rentang kendali
Ada dua kelompok
faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan berapa sebaiknya jumlah
pejabat bawahan yang langsung dapat dipimpin dengan baik oleh seorang
pejabat atasan tertentu :
v Faktor Subyektif ialah faktor yang melekat pada pejebatnya :
1. Kepandaian
2. Pengalaman
3. Kesehatan
4. Umur
5. Kejujuran
6. Keahlian
7. Kecakapan , dan lain-lain
Faktor Objektif ialah faktor yang berada di luar pejabatnya :
1. Corak pekerjaan
2. Jarak antar para pejabat bawahan
3. Letak para pejabat bawahan
4. Stabil labilnya organisasi
5. Jumlah tugas pejabat
6. Waktu penyelesain pekerjaan
Pedoman lainnya yang dapat dipakai untuk menemukan rentang kendali mencakup beberapa factor yang berhubungan dengan situasi, bawahan, atasan, yang secara singkat dapat ditunjukkan sebagai berikut :
1. Factor-faktor yang berhubungan dengan situasi. Rentang kendali dapat relative melebar bila :
a. Pekerjaan bersifat rutin.
b. Operasi-operasi stabil.
c. Pekerjaan bawahan sejenis.
d. Bawahan dapat bekerja tidak tergantung satu dengan yang lain.
e. Prosedur-prosedur dibuat secara baik dan telah diformalisasi.
f. Pekerjaan tidak membutuhkan tingkat pengawasan yang tinggi.
2. Factor-faktor yang berhubungan dengan bawahan. Rentang kendali dapat relative melebar bila :
a. Bawahan adalah terlatih baik untuk pekerjaan tertentu.
b. Bawahan lebih senang bekerja tanpa pengawasan ketat.
3. Factor-faktor yang berhubungan dengan atasan. Rentang kendali dapat relative melebar bila :
a. Manajer adalah terlatih baik dan berkemampuan tinggi.
b. Manajer menerima bentuan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengawasannya.
c. Manajer tidak mempunyai kegiatan-kegiatan tambahan selama pengawasan dilaksanakan.
d. Manajer lebih mempunyai gaya pengawasan yang lepas daripada ketat.
Pejabat atasan yang pandai, cakap ataupun ahli dapat memimpin sejumlah pejabat bawahan yang lebih banyak dibanding dengan pejabat atasan yang masih kurang kepandaiannya, kecakapannya ataupun keahliannya.
Pejabat atasan yang telah berpengalaman tentunya dapat memiliki sejumlah pejabat bawahan langsung yang lebih banyak dibanding dengan pejabat atasan yang belum berpengalaman.
Pejabat atasan yang memiliki kesehatan jasmani ataupun rohani tentunya dapat memimpin sejumlah pejabat bawahan yang lebih banyak dibanding dengan pejabat atasan yang kurang kesehatannya. Pejabat yang sehat mampu bekerja dengan baik, setiap hari dapat masuk kerja sehingga dapat mengontrol, dengan baik, dapat menjadi teladan kerja para pejabat bawahannya.
Pajabat pimpinan yang berusia 25-60 tahun kemampuan kerjanya sedang tinggi maka pejabat berusia demikian dapat memimpin sejumlah bawahan yang lebih banyak dibanding dengan pejabat atasan yang telah berusia lebih lanjut misalnya 65 tahun atau lebih.
Pejabat atasan yang memiliki sifat jujur tentunya baik apabila diserahi sejumlah bawahan yang banyak dibanding dengan pejabat atasan yang tidak jujur. Biasanya apabila pejabat atasannya jujur maka akan berpengaruh jujur pula pada bawahannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila factor subyektif dalam keadaan baik maka rentangan control dapat luas, sedang bila factor subyektif dalam keadaan kurang baik maka rentangan control sebaiknya sempit.
Apabila corak pekerjaan para pejabat bawahan itu satu macam maka lebih muda dipimpin, maka jumlah pejabat bawahan langsung dapat lebih banyak dibanding dengan apabila mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bercorak aneka ragam. Karena pejabat bawahan yang melakukan pekerjaan yang bercorak aneka ragam lebih sukar bagi pimpinan untuk memimpinnya.
Sebagai contoh misalnya perbandingan jumlah pejabat bawahan yang harus di awasi oleh pengawas yang bekerja pada proyek pembangunan bendungan tentunya tidak akan dapat dipaksakan sama dengan jumlah pejabat bawahan yang diawasi oleh seorang pengawas yang bekerja dalam pembangunan perbaikan jalan. Pada proyek pembangunan bendungan, corak pekerjaan sangat beraneka macam sehingga lebih sulit mengawasinya, sedang pada proyek perbaikan jalan macamnya pekerjaan tidak banyak dan bersifat lebih sederhana. Maka pengawas pada proyek pembangunan bendungan harus memiliki sejumlahpajabat bawahan langsung yang lebih sedikit, sedang pengawas pada proyek perbaikan jalan dapat memiliki sejumlah pejabat bawahan langsung yang lebih banyak.
Jumlah pejabat bawahan bagi seorang pejabat atasan itu dapat banyak apabila pekerjaan yang dilakukan oleh para pejabat bawahan itu termasuk pekerjaan yang tidak memerlukan waktu lama untuk penyelesaiannya, sebaliknya apabila untuk tiap-tiap pekerjaan yang harus dikerjakan oleh para pejabat bawahan itu selalu memakan waktu yang lama sehingga pejabat atasan harus selalu mengontrol beberapa kali atau membimbing beberapa kali maka sebaiknya jumlah yang dipimpin oleh pejabat atasan itu sedikit saja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila :
v Faktor Subyektif ialah faktor yang melekat pada pejebatnya :
1. Kepandaian
2. Pengalaman
3. Kesehatan
4. Umur
5. Kejujuran
6. Keahlian
7. Kecakapan , dan lain-lain
Faktor Objektif ialah faktor yang berada di luar pejabatnya :
1. Corak pekerjaan
2. Jarak antar para pejabat bawahan
3. Letak para pejabat bawahan
4. Stabil labilnya organisasi
5. Jumlah tugas pejabat
6. Waktu penyelesain pekerjaan
Pedoman lainnya yang dapat dipakai untuk menemukan rentang kendali mencakup beberapa factor yang berhubungan dengan situasi, bawahan, atasan, yang secara singkat dapat ditunjukkan sebagai berikut :
1. Factor-faktor yang berhubungan dengan situasi. Rentang kendali dapat relative melebar bila :
a. Pekerjaan bersifat rutin.
b. Operasi-operasi stabil.
c. Pekerjaan bawahan sejenis.
d. Bawahan dapat bekerja tidak tergantung satu dengan yang lain.
e. Prosedur-prosedur dibuat secara baik dan telah diformalisasi.
f. Pekerjaan tidak membutuhkan tingkat pengawasan yang tinggi.
2. Factor-faktor yang berhubungan dengan bawahan. Rentang kendali dapat relative melebar bila :
a. Bawahan adalah terlatih baik untuk pekerjaan tertentu.
b. Bawahan lebih senang bekerja tanpa pengawasan ketat.
3. Factor-faktor yang berhubungan dengan atasan. Rentang kendali dapat relative melebar bila :
a. Manajer adalah terlatih baik dan berkemampuan tinggi.
b. Manajer menerima bentuan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengawasannya.
c. Manajer tidak mempunyai kegiatan-kegiatan tambahan selama pengawasan dilaksanakan.
d. Manajer lebih mempunyai gaya pengawasan yang lepas daripada ketat.
Pejabat atasan yang pandai, cakap ataupun ahli dapat memimpin sejumlah pejabat bawahan yang lebih banyak dibanding dengan pejabat atasan yang masih kurang kepandaiannya, kecakapannya ataupun keahliannya.
Pejabat atasan yang telah berpengalaman tentunya dapat memiliki sejumlah pejabat bawahan langsung yang lebih banyak dibanding dengan pejabat atasan yang belum berpengalaman.
Pejabat atasan yang memiliki kesehatan jasmani ataupun rohani tentunya dapat memimpin sejumlah pejabat bawahan yang lebih banyak dibanding dengan pejabat atasan yang kurang kesehatannya. Pejabat yang sehat mampu bekerja dengan baik, setiap hari dapat masuk kerja sehingga dapat mengontrol, dengan baik, dapat menjadi teladan kerja para pejabat bawahannya.
Pajabat pimpinan yang berusia 25-60 tahun kemampuan kerjanya sedang tinggi maka pejabat berusia demikian dapat memimpin sejumlah bawahan yang lebih banyak dibanding dengan pejabat atasan yang telah berusia lebih lanjut misalnya 65 tahun atau lebih.
Pejabat atasan yang memiliki sifat jujur tentunya baik apabila diserahi sejumlah bawahan yang banyak dibanding dengan pejabat atasan yang tidak jujur. Biasanya apabila pejabat atasannya jujur maka akan berpengaruh jujur pula pada bawahannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila factor subyektif dalam keadaan baik maka rentangan control dapat luas, sedang bila factor subyektif dalam keadaan kurang baik maka rentangan control sebaiknya sempit.
Apabila corak pekerjaan para pejabat bawahan itu satu macam maka lebih muda dipimpin, maka jumlah pejabat bawahan langsung dapat lebih banyak dibanding dengan apabila mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bercorak aneka ragam. Karena pejabat bawahan yang melakukan pekerjaan yang bercorak aneka ragam lebih sukar bagi pimpinan untuk memimpinnya.
Sebagai contoh misalnya perbandingan jumlah pejabat bawahan yang harus di awasi oleh pengawas yang bekerja pada proyek pembangunan bendungan tentunya tidak akan dapat dipaksakan sama dengan jumlah pejabat bawahan yang diawasi oleh seorang pengawas yang bekerja dalam pembangunan perbaikan jalan. Pada proyek pembangunan bendungan, corak pekerjaan sangat beraneka macam sehingga lebih sulit mengawasinya, sedang pada proyek perbaikan jalan macamnya pekerjaan tidak banyak dan bersifat lebih sederhana. Maka pengawas pada proyek pembangunan bendungan harus memiliki sejumlahpajabat bawahan langsung yang lebih sedikit, sedang pengawas pada proyek perbaikan jalan dapat memiliki sejumlah pejabat bawahan langsung yang lebih banyak.
Jumlah pejabat bawahan bagi seorang pejabat atasan itu dapat banyak apabila pekerjaan yang dilakukan oleh para pejabat bawahan itu termasuk pekerjaan yang tidak memerlukan waktu lama untuk penyelesaiannya, sebaliknya apabila untuk tiap-tiap pekerjaan yang harus dikerjakan oleh para pejabat bawahan itu selalu memakan waktu yang lama sehingga pejabat atasan harus selalu mengontrol beberapa kali atau membimbing beberapa kali maka sebaiknya jumlah yang dipimpin oleh pejabat atasan itu sedikit saja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila :
- Corak pekerjaan pejabat bawahan itu semacam rentangan control luas, sedang apabila corak pekerjaan para pejabat bawahan itu aneka ragam rentangan control sempit.
- Jarak atau letak para pejabat bawahan itu berdekatan rentangan control luas, sedang apabila jarak atau letak para pejabat bawahan itu saling berjauhan rentangan control sempit.
- Apabila organisasi masih labil rentangan control sempit, tetapi apabila organisasi telah stabil rentangan control luas.
- Apabila jumlah tugas pokok pejabat atasan itu banyak rentangan control sempit demikian pula apabila jumlah tugas bagi para pejabat bawahan masing-masing berjumlah sebanberjumlah banyak, rentangan control sempit
- Apabila waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekkerjaan itu singkat, rentangan control luas, sebaliknya apabila waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap pekerjaan itu lama rentangan control sempit.
179. kegiatan dalam pengorganisasian
kegiatan dalam pengorganisasian
- Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
- Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab
- Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja
- Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
178. Learning Organization
Learning Organization
Organisasi
yang membentuk kemampuan untuk secara terus menerus menyesuaikan diri
dan berubah karena semua anggota secara aktif mengambil peranan dalam
pengambilan keputusan atau menyelesaikan pekerjaan mereka
90. Obat
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau
mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
http://id.wikipedia.org/wiki/Obat
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
http://id.wikipedia.org/wiki/Obat
89. kalkulator
Mesin hitung atau Kalkulator adalah alat untuk menghitung
dari perhitungan sederhana seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian sampai kepada kalkulator sains yang dapat menghitung rumus
matematika
tertentu. Pada perkembangannya sekarang ini, kalkulator sering
dimasukkan sebagai fungsi tambahan daripada komputer,
handphone, bahkan sampai jam
tangan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_hitung
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_hitung
177. hubungan konflik dengan pengambilan keputusan
KONFLIK
Timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi, merupakan suatu kelanjutan dari adanya komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Suatu pemahaman akan konsep dan dinamika konflik lebih menjadi bagian vital dalam studi perilaku organisasional, oleh karena itu perlu untuk dipahami dengan baik.
Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi, atau dapat dikatakan juga bahwa konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antogonistik antara dua atau lebih pihak yang terkait.
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, ada beberapa orang yang mengelompokkan konflik menjadi sebagai berikut:
Konflik peranan yang terjadi di dalam diri seseorang (person role conflict).
Konflik antar peranan (inter-role conflict), yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat dua atau lebih fungsi yang saling bertentangan.
Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang (intersender conflict).
Konflik yang timbul karena disampaikan informasi yang saling bertentangan (interasender conflict).
Selain pembagian jenis konflik di atas masih ada pembagian jenis konflik yang dibedakan menurut pihak-pihak yang saling bertentangan, yaitu:
Konflik dalam diri individu.
Konflik antar individu.
Konflik antar individu dan kelompok.
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang samakonflik antar organisasi.
Konflik organisasional timbul karena ada beberapa sumbernya, dan berbagai sumber utama konflik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Kebutuhan untuk membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas.
Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan.
Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja.
Perbedaan nilai-nilai atau persepsi.
Kemenduaan organisasional.
Gaya-gaya individual.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pada hakekatnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengertian di atas menunjukkan lima hal dengan jelas, yaitu:
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara sembrono, karena cara pendekatan kepada pengambilan keputusan harus didasarkan kepada sistematika tertentu, yaitu:
Kemampuan organisasi, dalam arti tersedianya sumber-sumber yang nantinya akan digunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil.
Tenaga kerja yang tersedia serta kualifikasinya.
Situasi lingkungan intern dan ekstern yang akan mempengaruhi jalannya roda dministrasi dan manajemen di dalam organisasi.
3. Bahwa sebelum sesuatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakekat daripada masalah itu harus diketahui dengan jelas. Perlu diperhatikan bahwa pada hakekatnya pengambilan keputusan adalah pemecahan masalah dengan sebaik-baiknya.
4. Bahwa pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan mengarang, akan tetapi harus didasarkan kepada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis, terolah dengan baik dan tersimpan secara teratur sehingga fakta-fakta atau data itu sungguh-sungguh dapat dipercayai dan bersifat up to date.
5. Bahwa keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang ada, setelah alternatif-alternatif itu dianalisa dengan matang.
Pengambilan keputusan yang tidak didasarkan kepada kelima hal diatas akan dihadapkan kepada berbagai masalah seperti:
Tidak tepatnya keputusan karena kesimpulan yang diperoleh dari fakta-fakta dan data yang tidak up to date dan tidak dapat dipercayai.
Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi untuk melaksanakannya, baik ditinjau dari segi manusia, uang maupun material.
Ketidakmauan orang-orang pelaksana untuk melaksanakannya karena tidak terlihat dalam keputusan yang diambil sesuatu hal yang menunjukkan adanya sinkronisasi antara kepentingan organisasi dan kepentingan pribadi orang-orang di dalam organisasi tersebut.
Timbulnya penolakan terhadap keputusan karena faktor lingkungan belum disiapkan untuk menerima akibat daripada keputusan yang diambil.
Kesemuanya ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan sebagai tugas terpenting dan terutama bagi seorang pemimpin yang baik, bukan merupakan tugas yang mudah dan bahwa apabila seseorang ingin diakui sebagai seorang pemimpin yang baik, orang tersebut sepanjang kariernya perlu secara teratur dan kontinyu mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Apabila kemampuan mengambil keputusan tidak dikembangkan secara teratur dan kontinyu, bukan tidak mungkin seseorang yang menduduki jabatan pimpinan akan dihadapkan kepada dilemma, frustasi dan kegagalan.2 Wallohu a’lam.
Baik-buruknya seseorang menjalankan peranannya sebagai pemimpin, dengan nama apapun pemimpin itu dikenal seperti: administrator, manager, kepala, ketua dan sebagainya, pada hakekatnya dinilai dari kriteria prosentasi keputusannya direalisasi dan sampai dimana keputusan-keputusan itu mempercepat proses pencapaian tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan perkataan lain, semakin tinggi kedudukan seseorang di dalam suatu organisasi, ia akan memerlukan semakin banyak managerial skill dan kurang kebutuhan akan technical skill3 (insya’ Alloh Ta’ala), oleh karena ia sudah semakin berkurang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat operasional.4
Dalam abad modern seperti sekarang ini tugas mengambil keputusan tidak mudah oleh karena:
Organisasi dewasa ini ditandai oleh kompleksitas kegiatan aneka ragam produk yang dihasilkan, intrikasi daripada hubungan kerja serta meningkatnya tuntutan daripada para langganan organisasi yang mesti dilayani.
Pada umumnya organisasi-organisasi besar dan kompleks dihadapkan kepada ledakan informasi yang menuntut penanganan informasi itu oleh para ahli informasi dengan keterampilan yang tinggi. Artinya, pimpinan dalam mengambil keputusan dihadapkan kepada volume informasi yang besar sehingga mereka memerlukan para pembantu yang ahli memilih informasi apa yang diperlukan oleh siapa untuk mengambil keputusan apa. Untuk tugas pelayanan yang demikian inilah suatu sistem informasi bagi pimpinan perlu diciptakan, dikembangkan dan dipelihara.
Keputusan yang diambil selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologis yang mempunyai implikasi sosiologis, ekonomis, budaya, politis, finansial dan bahkan sering juga ideologis. Oleh karenanya, proses pengambilan keputusan seyogianya didasarkan kepada sistem yang multi fungsional dan interdisciplinarykarena system yang demikianlah yang memperhitungkan faktor-faktor ekologis tersebut dengan cukup.
Semakin langkanya sumber-sumber yang tersedia untuk digunakan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pendekatan dalam management science yang semakin bersifat matematis dan menggunakan data-data yang dapat dikuantifikasi.
Kelompok pimpinan dewasa ini sesungguhnya lebih beruntung dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di masa lalu karena sebagai akibat daripada kemajuan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kini telah tersedia berbagai alat yang dapat digunakan oleh pimpinan untuk mempermudah dan mempercepat pelaksanaan tugasnya selaku pengambil keputusan.
Akan tetapi kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut agar para pimpinan semakin bertekad untuk mengembangkan dan memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang baik.5
sumber : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/dinamika-konflik-pengambilan-keputusan-2/
Timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi, merupakan suatu kelanjutan dari adanya komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Suatu pemahaman akan konsep dan dinamika konflik lebih menjadi bagian vital dalam studi perilaku organisasional, oleh karena itu perlu untuk dipahami dengan baik.
Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi, atau dapat dikatakan juga bahwa konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antogonistik antara dua atau lebih pihak yang terkait.
Adapun mengenai jenis-jenis konflik, ada beberapa orang yang mengelompokkan konflik menjadi sebagai berikut:
Konflik peranan yang terjadi di dalam diri seseorang (person role conflict).
Konflik antar peranan (inter-role conflict), yaitu persoalan timbul karena satu orang menjabat dua atau lebih fungsi yang saling bertentangan.
Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang (intersender conflict).
Konflik yang timbul karena disampaikan informasi yang saling bertentangan (interasender conflict).
Selain pembagian jenis konflik di atas masih ada pembagian jenis konflik yang dibedakan menurut pihak-pihak yang saling bertentangan, yaitu:
Konflik dalam diri individu.
Konflik antar individu.
Konflik antar individu dan kelompok.
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang samakonflik antar organisasi.
Konflik organisasional timbul karena ada beberapa sumbernya, dan berbagai sumber utama konflik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Kebutuhan untuk membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas.
Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan.
Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja.
Perbedaan nilai-nilai atau persepsi.
Kemenduaan organisasional.
Gaya-gaya individual.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pada hakekatnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengertian di atas menunjukkan lima hal dengan jelas, yaitu:
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara sembrono, karena cara pendekatan kepada pengambilan keputusan harus didasarkan kepada sistematika tertentu, yaitu:
Kemampuan organisasi, dalam arti tersedianya sumber-sumber yang nantinya akan digunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil.
Tenaga kerja yang tersedia serta kualifikasinya.
Situasi lingkungan intern dan ekstern yang akan mempengaruhi jalannya roda dministrasi dan manajemen di dalam organisasi.
3. Bahwa sebelum sesuatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakekat daripada masalah itu harus diketahui dengan jelas. Perlu diperhatikan bahwa pada hakekatnya pengambilan keputusan adalah pemecahan masalah dengan sebaik-baiknya.
4. Bahwa pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan mengarang, akan tetapi harus didasarkan kepada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis, terolah dengan baik dan tersimpan secara teratur sehingga fakta-fakta atau data itu sungguh-sungguh dapat dipercayai dan bersifat up to date.
5. Bahwa keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang ada, setelah alternatif-alternatif itu dianalisa dengan matang.
Pengambilan keputusan yang tidak didasarkan kepada kelima hal diatas akan dihadapkan kepada berbagai masalah seperti:
Tidak tepatnya keputusan karena kesimpulan yang diperoleh dari fakta-fakta dan data yang tidak up to date dan tidak dapat dipercayai.
Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi untuk melaksanakannya, baik ditinjau dari segi manusia, uang maupun material.
Ketidakmauan orang-orang pelaksana untuk melaksanakannya karena tidak terlihat dalam keputusan yang diambil sesuatu hal yang menunjukkan adanya sinkronisasi antara kepentingan organisasi dan kepentingan pribadi orang-orang di dalam organisasi tersebut.
Timbulnya penolakan terhadap keputusan karena faktor lingkungan belum disiapkan untuk menerima akibat daripada keputusan yang diambil.
Kesemuanya ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan sebagai tugas terpenting dan terutama bagi seorang pemimpin yang baik, bukan merupakan tugas yang mudah dan bahwa apabila seseorang ingin diakui sebagai seorang pemimpin yang baik, orang tersebut sepanjang kariernya perlu secara teratur dan kontinyu mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Apabila kemampuan mengambil keputusan tidak dikembangkan secara teratur dan kontinyu, bukan tidak mungkin seseorang yang menduduki jabatan pimpinan akan dihadapkan kepada dilemma, frustasi dan kegagalan.2 Wallohu a’lam.
Baik-buruknya seseorang menjalankan peranannya sebagai pemimpin, dengan nama apapun pemimpin itu dikenal seperti: administrator, manager, kepala, ketua dan sebagainya, pada hakekatnya dinilai dari kriteria prosentasi keputusannya direalisasi dan sampai dimana keputusan-keputusan itu mempercepat proses pencapaian tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan perkataan lain, semakin tinggi kedudukan seseorang di dalam suatu organisasi, ia akan memerlukan semakin banyak managerial skill dan kurang kebutuhan akan technical skill3 (insya’ Alloh Ta’ala), oleh karena ia sudah semakin berkurang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat operasional.4
Dalam abad modern seperti sekarang ini tugas mengambil keputusan tidak mudah oleh karena:
Organisasi dewasa ini ditandai oleh kompleksitas kegiatan aneka ragam produk yang dihasilkan, intrikasi daripada hubungan kerja serta meningkatnya tuntutan daripada para langganan organisasi yang mesti dilayani.
Pada umumnya organisasi-organisasi besar dan kompleks dihadapkan kepada ledakan informasi yang menuntut penanganan informasi itu oleh para ahli informasi dengan keterampilan yang tinggi. Artinya, pimpinan dalam mengambil keputusan dihadapkan kepada volume informasi yang besar sehingga mereka memerlukan para pembantu yang ahli memilih informasi apa yang diperlukan oleh siapa untuk mengambil keputusan apa. Untuk tugas pelayanan yang demikian inilah suatu sistem informasi bagi pimpinan perlu diciptakan, dikembangkan dan dipelihara.
Keputusan yang diambil selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologis yang mempunyai implikasi sosiologis, ekonomis, budaya, politis, finansial dan bahkan sering juga ideologis. Oleh karenanya, proses pengambilan keputusan seyogianya didasarkan kepada sistem yang multi fungsional dan interdisciplinarykarena system yang demikianlah yang memperhitungkan faktor-faktor ekologis tersebut dengan cukup.
Semakin langkanya sumber-sumber yang tersedia untuk digunakan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pendekatan dalam management science yang semakin bersifat matematis dan menggunakan data-data yang dapat dikuantifikasi.
Kelompok pimpinan dewasa ini sesungguhnya lebih beruntung dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di masa lalu karena sebagai akibat daripada kemajuan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kini telah tersedia berbagai alat yang dapat digunakan oleh pimpinan untuk mempermudah dan mempercepat pelaksanaan tugasnya selaku pengambil keputusan.
Akan tetapi kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut agar para pimpinan semakin bertekad untuk mengembangkan dan memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang baik.5
sumber : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/dinamika-konflik-pengambilan-keputusan-2/
176. Organisasi Mekanistis vs Organis
Mekanistis
|
Organis
|
Spesialisasi tinggi
|
Kerjasama lintas fungsi
|
Departementasi kaku
|
Kerjasama lintas level & departemen
|
Rantai komando jelas
|
Arus informasi bebas
|
Rentang kendali sempit
|
Rentang kendali luas
|
Sentralisasi
|
Desentralisasi
|
Formalisasi tinggi
|
Formalisasi rendah
|
175. bidang structural sering terjadi konflik
Didalam organisasi terdapat empat bidang structural, dan dibidang itulah sering terjadi, yaitu :
* Konflik hirarkis adalah konflik antar berbagai tingkatan organisasi
* Konflik fungsionala adalah konflik antar berbagai departemen
fungsional organisasi
* Konflik lini-staf adalah konflik antara lini dan staf
* Konflik formal informal adalah konflik antara organisasi formal dan
organisasi informal.
88. Ayam Kate
Ayam Kate atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Ayam
Bantam, pertamakali ditemukan oleh para pedagang Eropa, sekitar tahun
1700an di pelabuhan di pulau Jawa bernama Bantam,atau kita lebih mengenalnya sebagai Karesidenan Banten,
atau sekarang Propinsi Banten.
Karena bentuknya yang mini dan lucu, ayam jenis ini banyak digunakan sebagai ayam hias, bukan ayam pedaging atau petelur. Dari pertamakali ditemukan oleh para pedagang Eropa pada tahun 1700an tersebut, ayam kate sudah banyak mengalami persilangan, dan populasi asli ayam kate sendiri sudah sangat kecil.
Salah satu hasil persilangan terakhir adalah Ayam Serama pada tahun 1971 yang dilakukan oleh pebudidaya di Malaysia, dan menjadi ras ayam terkecil di dunia
Karena bentuknya yang mini dan lucu, ayam jenis ini banyak digunakan sebagai ayam hias, bukan ayam pedaging atau petelur. Dari pertamakali ditemukan oleh para pedagang Eropa pada tahun 1700an tersebut, ayam kate sudah banyak mengalami persilangan, dan populasi asli ayam kate sendiri sudah sangat kecil.
Salah satu hasil persilangan terakhir adalah Ayam Serama pada tahun 1971 yang dilakukan oleh pebudidaya di Malaysia, dan menjadi ras ayam terkecil di dunia
87. Sepeda gunung
Sepeda gunung atau (All Terrain Bike/ATB)
adalah sepeda
yang digunakan dalam medan yang berat. Pertama kali diperkenalan pada
tahun 1970, oleh pemakai sepeda di perbukitan San Fransisco.
Sejak saat itu dunia mengenal sepeda gunung ini. Ciri-cirinya adalah ringan, bentuk kerangka yang terbuat dari baja, aluminium dan yang terbaru menggunakan bahan komposit serat karbon (Carbon Fiber Reinforced Plastic) dan menggunakan shock breaker-peredam kejut. Sedangkan ban yang dipakai adalah yang memiliki kemampuan untuk mencengkeram tanah dengan kuat. Sepeda gunung memiliki 18-27 gear pindah yang berguna untuk mengatur kecepatan dan kenyamanan dalam mengayuh pedalnya. Sepeda gunung dengan 27 gear berarti memiliki crankset depan dengan 3 piringan dan cassette sprocket dengan 9 piringan. Sehingga 3 x 9 = 27 tingkat kecepatan yang berbeda.
Secara umum sepeda gunung dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda_gunung
Sejak saat itu dunia mengenal sepeda gunung ini. Ciri-cirinya adalah ringan, bentuk kerangka yang terbuat dari baja, aluminium dan yang terbaru menggunakan bahan komposit serat karbon (Carbon Fiber Reinforced Plastic) dan menggunakan shock breaker-peredam kejut. Sedangkan ban yang dipakai adalah yang memiliki kemampuan untuk mencengkeram tanah dengan kuat. Sepeda gunung memiliki 18-27 gear pindah yang berguna untuk mengatur kecepatan dan kenyamanan dalam mengayuh pedalnya. Sepeda gunung dengan 27 gear berarti memiliki crankset depan dengan 3 piringan dan cassette sprocket dengan 9 piringan. Sehingga 3 x 9 = 27 tingkat kecepatan yang berbeda.
Secara umum sepeda gunung dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
- Down Hill (DH). Untuk medan yang sangat ekstrem, sepeda gunung jenis ini mempunyai suspensi ganda (double suspension).
- Cross Country (XC). Untuk medan yang tidak terlalu ekstrem, sepeda gunung jenis ini hanya mempunyai suspensi depan atau tanpa suspensi sama sekali. Karena hanya memiliki suspensi depan biasanya sepeda gunung jenis ini dikategorikan sebagai rigid frame.
- All Mountain (AM). Biasa dipakai untuk track campuran antara cross country (XC) dan Downhill ringan (Light DH). Mempunyai 2 suspensi depan dan belakang (Double suspension). Panjang suspensi belakang (Rear suspension) sekitar 6 inch dan panjang suspensi depan (Fork)Mulai dari 140mm s/d 160mm. Pemakai dapat melakukan pendakian gunung dengan baik (ringan, tidak berat) sekaligus juga dapat menuruni gunung dengan cepat (nyaman, tidak berguncang-guncang) karena panjang suspensi yang optimal
http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda_gunung
86. Jenis-jenis sepeda
Kini sepeda mempunyai beragam nama dan model. Pengelompokan biasanya
berdasarkan fungsi dan ukurannya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda
- Sepeda gunung-digunakan untuk lintasan off-road dengan rangka yang kuat, memiliki suspensi, dan kombinasi kecepatan sampai 27.
- Sepeda jalan raya-digunakan untuk balap jalan raya, bobot keseluruhan yang ringan, ban halus untuk mengurangi gesekan dengan jalan, kombinasi kecepatan sampai 27
- Sepeda BMX-BMX merupakan kependekan dari bicycle moto-cross, banyak digunakan untuk atraksi
- Sepeda mini-termasuk dalam kelompok ini adalah sepeda anak-anak, baik beroda dua maupun beroda tiga
- Sepeda angkut-termasuk dalam kelompok ini adalah sepeda kumbang, sepeda pos
- Sepeda lipat-merupakan jenis sepeda yang bisa dilipat dalam hitungan detik sehingga bisa dibawa ke mana-mana dengan mudah
- Sepeda Balap - Sepeda yang model handlernya setengah lingkaran dan digunakan untuk balapan.
- Sepeda Motor - bertenaga mesin dengan mengunakan bahan bakar berjenis bensin sebagai sumber daya utamanya. Dengan semakin berkembangnya teknlogi pada industri kendaraan roda dua ini, sepeda motor injeksi pun kini mulai di produksi sebagaian besar produsen otomotif di Indones
http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda
85. Sejarah Sepeda
Sepeda atau disebut juga dengan sepeda angin adalah kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk, dan sepasang pengayuh yang digerakkan kaki untuk menjalankannya
Seperti ditulis Ensiklopedia Columbia, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal dari Perancis. Menurut kabar sejarah, negeri itu sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil rancang bangun kendaraan dua roda.
Yang pasti, konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih sangat "primitif". Ada yang bilang tanpa engkol, pedal tongkat kemudi (setang). Ada juga yang bilang sudah mengenal engkol dan setang, tapi konstruksinya dari kayu.
Adalah seorang Jerman bernama Baron Karls Drais von Sauerbronn yang pantas dicatat sebagai salah seorang penyempurna velocipede. Tahun 1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki ciptaan sang Baron sebagai dandy horse.
Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan "mesin" khusus untuk sepeda. Tentu bukan mesin seperti yang dimiliki sepeda motor, tapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah "berani" menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).
Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu Perancis, Ernest Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil. Makin sempurna setelah orang Perancis lainnya, Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.
Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang. Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang).
Sehingga tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang.
Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya. Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan mobil dan sepeda motor, sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik
http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda
174. Baiknya Skema Organisasi
Sebuah bagan
organisasi adalah bagan yang
secara akurat menampilkan seluruh strukturorganisasi secara rinci dan membantu orang untuk
memahami bagaimana fungsi organisasi dan berjalan. Ini adalah
hal yang sangat penting sebagai kecuali orang memahami rantai
komandoakan ada banyak kebingungan ke mana urutan tertentu berasal.
Hal ini juga penting untuk memastikan kelancaran fungsi organisasi.
Para bagan
organisasi dapat dari beberapa jenis, tetapi mereka umumnya
diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan kasar jumlah tingkat yang
dapat ditemukan dalam grafik. Sebuah grafik yang diklasifikasikan
sebagai datar adalah salah satu yang memiliki tingkat sangat sedikit dan
sejumlah besar orang di setiap tingkat, sedangkan grafik yang
diklasifikasikan sebagai tinggi adalah salah satu yang memiliki sejumlah
besar tingkat masing-masing dengan sejumlah kecil individu pada tingkat
tertentu.
Namun, kebutuhan bagan organisasi dari berbagai perusahaan bisa sangat
berbeda dan ini adalah mengapa mereka menjamin penciptaan template
tertentu yang membuatnya lebih mudah untuk membuat organisasi bagan struktur untuk sebuah perusahaan
tertentu. Sebuah template adalah bagan kasar yang mirip dengan
kebutuhan dari organisasi yang bersangkutan dan dengan sedikit
modifikasi dapat dibuat sesuai dengan persyaratan organisasi sempurna.
Ini adalah mengapa template sangat berguna, karena mereka dapat
digunakan dalam berbagai macam persyaratan dan dapat fine-tuned untuk
sesuai dengan persyaratan organisasi masing-masing dan setiap. Oleh
karena ini memungkinkan orang-orang yang membuat bagan organisasi banyak
dengan menyelamatkan mereka banyak pekerjaan. Sebagai sejumlah besar
organisasi memiliki grafik yang agak mirip, tetapi hanya berbeda dalam
spesifik, menghilangkan kebutuhan untuk memulai dari awal setiap kali
ketika mengembangkan bagan organisasi bagi suatu organisasi.
sumber : http://id.hicow.com/bagan-organisasi/organisasi/bisnis-2535028.html
173. rasionalitas organisasi
rasionalitas organisasi
Rasionalitas
Dengan mengabaikan masalah pilihan nilai-nilai itu, orang dibawa masuk ke rasionalitas yang mementingkan sarana. Rasionalitas instrumental ini ditandai dominasi sarana. Akibatnya, realisme berubah menjadi sikap yang bisa menghendaki apa saja. Dengan demikian, tindakan rasional bisa direduksi menjadi hanya masalah penyesuaian tujuan dan sarana-sarana. Dari perspektif etika, seakan-akan netral. Sedangkan komitmen terhadap nilai-nilai lebih merupakan masalah keyakinan. Maka tidak mungkin didiskusikan secara rasional karena lingkup rasionalitas hanya dibatasi bidang sarana atau cara.
Rasionalitas tindakan yang mengklaim bebas nilai ini ternyata menyembunyikan suatu komitmen terhadap nilai tertentu. Nilai itu hanya mengacu ke satu tujuan, yaitu kemajuan tindakan rasional sebagai tindakan instrumental yang mengabaikan semua pertimbangan mengenai tujuan. Kekosongan nilai yang tercermin dalam prinsip "tujuan menghalalkan cara" memungkinkan kegilaan nihilisme seperti dilakukan fasisme dan terorisme. Dalam prinsip "tujuan menghalalkan cara", karena tujuan diabaikan, sarana menjadi mutlak dan berusaha memberi pembenaran diri. Inilah yang disebut nihilisme: legitimasi kekerasan dilakukan dengan mengosongkan substansi tujuan dan akhirnya kekerasan memberi pembenaran diri sebagai sarana yang efektif. Kekerasan adalah baik karena efektif. Ini menjadi prinsip politik-porno, yang juga prinsip terorisme.
sumber : http://www.secapramana.com/artikel/terorisme-politikporno.htm
172. Faktor rentang kendali organisasi
faktor
yang membatasi rentang kendali dalam organisasi :
•Sifat dan terperincinya rencana
•Latihan-latihan dalam perusahaan
•Posisi Manager dalam perusahaan
•Dinamis & Statisnya Organisasi
•Efektivitas Komunikasi Tipe pekerjaan yang dilakukan
•Kecakapan & Pengalaman Manager
•Span of Personality and Energy
•Dedikasi dan Partisipasi bawahan.
•Sifat dan terperincinya rencana
•Latihan-latihan dalam perusahaan
•Posisi Manager dalam perusahaan
•Dinamis & Statisnya Organisasi
•Efektivitas Komunikasi Tipe pekerjaan yang dilakukan
•Kecakapan & Pengalaman Manager
•Span of Personality and Energy
•Dedikasi dan Partisipasi bawahan.
171. struktur organisasi yg mempengaruhi suatu rentang kendali
Perusahaan sering
kacau karena struk-turnya semrawut. Alur perintah dan tang-gung jawab
tidak jelas. Usaha pun lantas terhambat. Permasalahannya? Boleh jadi
sistem kendalinya lemah.
Banyak perusahaan yang tidak efektif bu-kan karena kondisi eksternal tetapi lan-taran struktur organisasinya kurang kokoh. Struktur ini hendaknya mencerminkan apa yang menjadi sasaran perusahaan, dan efisiensi pelaksanaan fungsi hendaknya menjadi patokan utama.
Efisiensi ini bisa dicapai bila perintah dan pe-nugasan oleh eselon manajer dapat segera dilak-sanakan oleh bawahan, dengan proses antara seminim mungkin. Pengarahan, briefing, dan instruksi hendaknya serba ringkas. Apa yang menjadi tanggung jawab bawahan pun hendaknya selalu jelas.
“Kemacetan” dalam jalannya organisasi kerap terjadi lantaran struktur yang menggambarkan jalur komando antara atasan dengan bawah¬an tidak seimbang. Ini bisa terjadi bila manajer harus mengawasi terlalu banyak atau terlalu sedikit bawahan. Jadi, persoalannya, adalah dalam hal rentang kendali (span of control).
Pengawasan terhadap anak buah memang utama dalam mengelola organisasi karena manajer mempunyai fungsi “actuating”, yakni memunculkan gerakan atau pelaksanaan. Tak dapat dibantah bahwa pada dasarnya merekalah yang menggerakkan perusahaan secara langsung.
Kerapkali kita menemui atasan yang “kebanjiran” urusan. Begitu banyak permasalahan yang lewat meja dia, dalam arti butuh penanganan olehnya. Entah itu sekedar atas sepengetahuannya, atau butuh pendapatnya, atau malah perlu restu (approval) yang harus dipertanggungjawabkan olehnya. Apa pun, gejala seperti ini kira-kira disebabkan oleh struktur yang tidak seim¬bang. Terlalu banyak bawahan yang melapor langsung padanya.
Keadaan ini memang memungkinkan atasan memperoleh informasi dari lebih banyak orang, sehingga sepertinya ia punya gambaran yang le¬bih menyeluruh tentang segala kejadian dalam perusahaan. Tetapi, perlu ditanya, apakah seorang manajer perlu mendapat laporan langsung dari 12-15 bawahan di mana masing-masing pu¬nya pekerjaan yang saling berbeda. Dengan kondisi seperti ini, manajer lantas mempunyai ren¬tang kendali yang terlalu luas. Konsekuensinya, kontrol terhadap tiap aktivitas yang diawasinya pun menjadi lebih sedikit.
Keadaan sebaliknya dapat terjadi dan juga menyebabkan roda perusahaan “macet”. Rentang kendali terlalu sempit, struktur menjadi tinggi. Artinya, sedikit saja bawahan yang bisa lapor langsung sama si bos. Laporan dari bawahan pun terpaksa melewati beberapa jenjang karena banyaknya lapisan antara pelaksana dengan pimpinan. Ini bisa membuat manajer menjadi terisolasi dari bawahan yang melaksanakan tugas-tugas spesifik. Perkembangan pelaksanaan pun tak bisa diawasi secara langsung.
Bahaya yang lebih besar dalam situasi seperti ini terdapat dalam tahap implementasi. Karena banyak lapisan yang harus dilewati antara instruksi dengan pelaksanaan maka boleh jadi keputusan dan kebijaksanaan malah dibuat di tingkat-tingkat yang berbeda. Jika pembuatan keputusan/kebijaksanaan ini sesuai dengan pengarahan dari pimpinan, mungkin tidak apa-apa. Hanya, dalam segala perumusan yang menyangkut penugasan, maka faktor salan tafsir bisa saja muncul, yang tentunya bisa melencengkan pelaksanaan dari tujuan semula.
Struktur yang berlapis-lapis memang diperlu-kan agar beban kerja bisa didistribusikan secara efisien dan sistematis. Namun struktur yang kelewat tinggi dalam arti terlalu hirarkis me¬nyebabkan birokrasi tak lagi rasional. Terlalu banyak paperworkrang beredar dari satu meja ke meja lain sebelum ada pelaksanaan konkrit. Demikian pula laporan dari bawah lamban sekali mencapai tingkat yang sebenarnya harus me-nanggapi. Organisasi lantas sulit bereaksi terha¬dap berbagai situasi menantang. la stagnan dan tidak adaptif. Efisiensi dan efektivitasnya rendah.
Ada kemungkinan gejala yang sama terjadi di perusahaan Anda. Bila demikian keadaannya, maka yang perlu dilakukan adalah mengkaji ulang dan menilai kembali efektivitas struktur yang ada. Tanyakan, sejauh apa struktur dan komponen-komponennya dari segi fungsi telah merijawab tuntutan misi dan tujuan perusahaan? Apakah sekian banyak jabatan yang ada proporsional dengan beban kerja yang benar-benar ada dan perlu ditangani?
Apakah pembagian tugas, yang tercermin dalam job description, sudah jelas dan tidak tumpang tindih? Apakah arus informasi vertikal (atas-bawah) ataupun horizontal efisien? Atau terpaksa mentok ke mana-mana? Bagaimana dengan masalah tanggung jawab? Jelaskah siapa yang bertanggung jawab atas apa?
Pertanyaan-pertanyaau yang sifatnya umum di atas sekedar untuk memperoleh gambaran kasar mengenai kondisi suatu perusahaan. Namun, bila dari situ saja sudah terdapat banyak jawaban negatif, maka kiranya sudah waktunya dilakukan review yang lebih sistematis dan mendetail.
Yang harus selalu menjadi pedoman: struktur harus melayani kepentingan organisasi. Struktur itu harus terbentuk dan berkembang untuk dan demi tujuan perusahaan maupun sasaran-sasar-an spesifiknya. Boleh saja ia, struktur, diatur berdasar fungsi. Bisa juga berdasarkan wilayah operasi. Atau, kalau memang itu tuntutannya, berdasarkan proyek atau pekerjaan tertentu. Apa pun, struktur itu harus efisien dalam proses dan efektif dalam hasil.
Jika struktur perusahaan Anda sekarang tidak begitu, dalam arti lamban dan tidak tanggap, mau tak mau harus dilakukan tindakan drastis. Jangan segan untuk reorganisasi atau restrukturisasi. (Tentu atas dasar studi yang intensif dan dapat diandalkan.) Memang, itu bisa tidak nyaman, tak ubahnya minum obat yang pahit. Toh itu demi kesehatan, dan kelangsungan usaha.
sumber : http://rajapresentasi.com/2010/01/cara-membuat-struktur-organisasi-yang-efektif/
Banyak perusahaan yang tidak efektif bu-kan karena kondisi eksternal tetapi lan-taran struktur organisasinya kurang kokoh. Struktur ini hendaknya mencerminkan apa yang menjadi sasaran perusahaan, dan efisiensi pelaksanaan fungsi hendaknya menjadi patokan utama.
Efisiensi ini bisa dicapai bila perintah dan pe-nugasan oleh eselon manajer dapat segera dilak-sanakan oleh bawahan, dengan proses antara seminim mungkin. Pengarahan, briefing, dan instruksi hendaknya serba ringkas. Apa yang menjadi tanggung jawab bawahan pun hendaknya selalu jelas.
“Kemacetan” dalam jalannya organisasi kerap terjadi lantaran struktur yang menggambarkan jalur komando antara atasan dengan bawah¬an tidak seimbang. Ini bisa terjadi bila manajer harus mengawasi terlalu banyak atau terlalu sedikit bawahan. Jadi, persoalannya, adalah dalam hal rentang kendali (span of control).
Pengawasan terhadap anak buah memang utama dalam mengelola organisasi karena manajer mempunyai fungsi “actuating”, yakni memunculkan gerakan atau pelaksanaan. Tak dapat dibantah bahwa pada dasarnya merekalah yang menggerakkan perusahaan secara langsung.
Kerapkali kita menemui atasan yang “kebanjiran” urusan. Begitu banyak permasalahan yang lewat meja dia, dalam arti butuh penanganan olehnya. Entah itu sekedar atas sepengetahuannya, atau butuh pendapatnya, atau malah perlu restu (approval) yang harus dipertanggungjawabkan olehnya. Apa pun, gejala seperti ini kira-kira disebabkan oleh struktur yang tidak seim¬bang. Terlalu banyak bawahan yang melapor langsung padanya.
Keadaan ini memang memungkinkan atasan memperoleh informasi dari lebih banyak orang, sehingga sepertinya ia punya gambaran yang le¬bih menyeluruh tentang segala kejadian dalam perusahaan. Tetapi, perlu ditanya, apakah seorang manajer perlu mendapat laporan langsung dari 12-15 bawahan di mana masing-masing pu¬nya pekerjaan yang saling berbeda. Dengan kondisi seperti ini, manajer lantas mempunyai ren¬tang kendali yang terlalu luas. Konsekuensinya, kontrol terhadap tiap aktivitas yang diawasinya pun menjadi lebih sedikit.
Keadaan sebaliknya dapat terjadi dan juga menyebabkan roda perusahaan “macet”. Rentang kendali terlalu sempit, struktur menjadi tinggi. Artinya, sedikit saja bawahan yang bisa lapor langsung sama si bos. Laporan dari bawahan pun terpaksa melewati beberapa jenjang karena banyaknya lapisan antara pelaksana dengan pimpinan. Ini bisa membuat manajer menjadi terisolasi dari bawahan yang melaksanakan tugas-tugas spesifik. Perkembangan pelaksanaan pun tak bisa diawasi secara langsung.
Bahaya yang lebih besar dalam situasi seperti ini terdapat dalam tahap implementasi. Karena banyak lapisan yang harus dilewati antara instruksi dengan pelaksanaan maka boleh jadi keputusan dan kebijaksanaan malah dibuat di tingkat-tingkat yang berbeda. Jika pembuatan keputusan/kebijaksanaan ini sesuai dengan pengarahan dari pimpinan, mungkin tidak apa-apa. Hanya, dalam segala perumusan yang menyangkut penugasan, maka faktor salan tafsir bisa saja muncul, yang tentunya bisa melencengkan pelaksanaan dari tujuan semula.
Struktur yang berlapis-lapis memang diperlu-kan agar beban kerja bisa didistribusikan secara efisien dan sistematis. Namun struktur yang kelewat tinggi dalam arti terlalu hirarkis me¬nyebabkan birokrasi tak lagi rasional. Terlalu banyak paperworkrang beredar dari satu meja ke meja lain sebelum ada pelaksanaan konkrit. Demikian pula laporan dari bawah lamban sekali mencapai tingkat yang sebenarnya harus me-nanggapi. Organisasi lantas sulit bereaksi terha¬dap berbagai situasi menantang. la stagnan dan tidak adaptif. Efisiensi dan efektivitasnya rendah.
Ada kemungkinan gejala yang sama terjadi di perusahaan Anda. Bila demikian keadaannya, maka yang perlu dilakukan adalah mengkaji ulang dan menilai kembali efektivitas struktur yang ada. Tanyakan, sejauh apa struktur dan komponen-komponennya dari segi fungsi telah merijawab tuntutan misi dan tujuan perusahaan? Apakah sekian banyak jabatan yang ada proporsional dengan beban kerja yang benar-benar ada dan perlu ditangani?
Apakah pembagian tugas, yang tercermin dalam job description, sudah jelas dan tidak tumpang tindih? Apakah arus informasi vertikal (atas-bawah) ataupun horizontal efisien? Atau terpaksa mentok ke mana-mana? Bagaimana dengan masalah tanggung jawab? Jelaskah siapa yang bertanggung jawab atas apa?
Pertanyaan-pertanyaau yang sifatnya umum di atas sekedar untuk memperoleh gambaran kasar mengenai kondisi suatu perusahaan. Namun, bila dari situ saja sudah terdapat banyak jawaban negatif, maka kiranya sudah waktunya dilakukan review yang lebih sistematis dan mendetail.
Yang harus selalu menjadi pedoman: struktur harus melayani kepentingan organisasi. Struktur itu harus terbentuk dan berkembang untuk dan demi tujuan perusahaan maupun sasaran-sasar-an spesifiknya. Boleh saja ia, struktur, diatur berdasar fungsi. Bisa juga berdasarkan wilayah operasi. Atau, kalau memang itu tuntutannya, berdasarkan proyek atau pekerjaan tertentu. Apa pun, struktur itu harus efisien dalam proses dan efektif dalam hasil.
Jika struktur perusahaan Anda sekarang tidak begitu, dalam arti lamban dan tidak tanggap, mau tak mau harus dilakukan tindakan drastis. Jangan segan untuk reorganisasi atau restrukturisasi. (Tentu atas dasar studi yang intensif dan dapat diandalkan.) Memang, itu bisa tidak nyaman, tak ubahnya minum obat yang pahit. Toh itu demi kesehatan, dan kelangsungan usaha.
sumber : http://rajapresentasi.com/2010/01/cara-membuat-struktur-organisasi-yang-efektif/
170. Organisasi sosial
Organisasi sosial adalah
perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana
partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk
organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat
mereka capai sendiri.
Contoh organisasi sosial:
- Organisasi berorientasi pada pelayanan (service organizations), LSM (Lembaga Sosial Masyarakat), Lembaga Pelayanan Masyarakat Dompet Dhuafa , Lembaga Pelayanan Penempatan Kerja.
- Organisasi yang berorientasi pada aspek ekonomi (economic organizations), LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial), YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia).
- Organisasi yang berorientasi pada aspek religius (religious organizations), Majelis Ta’lim Masjid, Separoki, Pemudha TRidarma Indonesia.
- Organisasi-organisasi perlindungan (protective organizations), KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban).
- Organisasi-organisasi pemerintah (government organizations), RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah), Lembaga Bantuan Bencana Alam, Partai Politik, ICW (Indonesian Corruption Watch).
169. nepotisme system dalam organisasi
Pakar manajemen
Hermawan Kertajaya pernah mengatakan bahwa di kalangan masyarakat
Mandarin ada system nepotisme yang tidak berkonotasi negatif. Dalam
nepotisme yang disebut GUAN SIE ada aturan mengutamakan kerabat dekat
untuk diajak kerjasama berkarya, namun reward dan punishment harus
dilaksanakan dengan konsisten. Bila anak kandungnya yang bertugas
menjaga toko mangkir, maka honorariumnya dipotong setara dengan
absennya. Rekruitmen pegawai dilaksanakan secara obyektif sesuai fungsi
dan kemampuannya. Bila kerabatnya belum mampu melaksanakan beban tugas,
lebih dulu dikirim ke pendidikan yang sesuai. Kekerabatan dalam guan sie
terasa lebih konsisten dan konsekuen terhadap aturan profesionalisme
kerja. Disinilah antara lain letak sisi keunggulan masyarakat Mandarin
dibanding pebisnis golongan lain. Bila ada warga Mandarin yang melakukan
manipulasi di sebuah organisasi/perusahaan akan terisolir dari
komunitasnya. Dengan demikian masyarakat yang berada dalam lingkungan
guan sie (nepotisme?) akan terdidik untuk berpikiran lebih dewasa dan
professional dalam berkarya. Sebaliknya dalam istilah NEPOTISME dan
KOLUSI mengandung pengertian negatif yaitu mementingkan kerabat terdekat
dengan menutupi kelemahannya serta tidak konsisten melaksanakan
punishment walau kerabatnya tidak kredibel atau melakukan
kesalahan/manipulasi.
Dalam lingkup nepotisme ini orang jadi manja, tidak dewasa dan sangat tergantung pada kerabat koneksinya. Suasana kerja tidak kondusif dan perasaan iri pegawai yang lain berkembang bagai api dalam sekam. Bila kepercayaan dan obyektifitas tidak terjaga, maka kemerosotan kinerja tinggal menunggu waktu saja. Dalam pengertian ini nepotisme menjadi penyakit berbahaya dalam tubuh organisasi. Nepotisme merupakan lahan subur untuk tumbuhnya bibit penyakit korupsi kanker bangsa.
Dalam lingkup nepotisme ini orang jadi manja, tidak dewasa dan sangat tergantung pada kerabat koneksinya. Suasana kerja tidak kondusif dan perasaan iri pegawai yang lain berkembang bagai api dalam sekam. Bila kepercayaan dan obyektifitas tidak terjaga, maka kemerosotan kinerja tinggal menunggu waktu saja. Dalam pengertian ini nepotisme menjadi penyakit berbahaya dalam tubuh organisasi. Nepotisme merupakan lahan subur untuk tumbuhnya bibit penyakit korupsi kanker bangsa.
84. Jenis Spesies Kucing di Indonesia
Jenis spesies kucing di
Indonesia cukup banyak. Dari sekitar 40 spesies kucing liar di
dunia, 9 jenis di antaranya dapat ditemukan di Indonesia. Beberapa jenis
di antaranya tergolong spesies kucing liar endemik Indonesia yang tidak
dapat ditemukan di daerah lain.
Spesies kucing liar merupakan
jenis-jenis kucing yang hidup di alam bebas. Spesies kucing tersebut
terkumpul dalam famili Felidae. Famili ini mencakup berbagai spesies
kucing termasuk kucing besar seperti harimau, singa, macan tutul, dan
Jaguar.
Jenis
spesies kucing liar yang asli (hidup secara alami) Indonesia sejumlah 9
spesies. Aneka jenis spesies kucing liar asli Indonesia itu adalah:
-
Kucing Congkok atau Leopard Cat (Prionailurus bengalensis)
Kucing congkok merupakan spesies kucing
liar dengan daerah sebaran yang luas mulai dari Pakistan, China, hingga
Filipina, termasuk di Indonesia (Sumatera, Kalimantan, dan Jawa). Ciri
khas kucing congkok adalah bulunya yang berwarna kuning abu-abu dengan
pola totol hitam di sekujur tubuh menyerupai macan tutul sedangkan
bagian perut dan dada berwarna putih.
Populasinya masih dianggap aman sehingga
sehingga IUCN Redlist memberi status Least Concern. Selengkapnya baca: Kucing
Hutan Kucing Leopard.
-
Kucing Hutan atau Jungle Cat atau Flat-headed Cat (Prionailurus planiceps)
Kucing hutan adalah jenis spesies kucing
liar dengan nama
latin Prionailurus planiceps. Kucing dengan ukuran panjang
tubuh 41-50 cm dan dengan berat 1,5-2,5 kg ini tersebar hanya di
Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Habitat hidupnya adalah
daerah lahan basah seperti tepi sungai, rawa, danau dan tepi pantai.
Pola dan kombinasi warna bulunya unik.
Bagian kepala berwarna merah berangsur-angsur menjadi putih di bagian
dada, leher dan perut bawah. Kaki, seluruh tubuh, dan ekor berwarna
hitam. Telapak kakinya dilengkapi selaput renang yang memungkinkan hewan
ini bergerak cepat di tanah berlumpur dan berenang dengan mudah. Ciri
khusus lainnya adalah bentuk kepalanya yang pipih. IUCN
Redlistmemasukkannya dalam status Endangered.
-
Kucing Bakau atau Fishing Cat (Prionailurus viverrinus)
Kucing bakau tersebar di Asia Selatan
dan Asia Tenggara termasuk Indonesia (Pulau Sumatra dan Jawa). Seperti
kucing congkok, kucing bakau menyukai hidup di daerah perairan sepanjang
tepi sungai dan hutan bakau. Tubuh kucing bakau berukuran 57-78 cm
dengan panjang ekor 20-30 cm. Berat mencapai 5-16 kg. Bulunya berwarna
abu-abu hijau zaitun dengan pola totol yang membentuk garis membujur di
sepanjang tubuh.
Hewan
nokturnal ini pandai berenang bahkan mampu menyelam untuk menangkap
mangsa. Selengkapnya baca: Kucing
Bakau.
-
Kucing Merah atau Borneo Bay Cat atau Bornean Red Cat (Pardofelis badia)
Kucing merah (Catopuma badia)
merupakan hewan
endemik Kalimantan. Tubuhnya berukuran 53-67 cm. Ekor sepanjang
32-39 cm. Berat badan mencapai 3-4 kg. Mengenai kucing merah, baca
penjelasan selengkapnya di artikel Kucing
Merah.
-
Kucing Emas atau Asiatic Golden Cat (Pardofelis temminckii)
Kucing emas berukuran sedang dengan
panjang tubuh 66-105 cm, ekor 40-57 cm, berat 9-16 kg dan tinggi bahu 56
cm. Daerah sebarannya meliputi seluruh Asia Selatan, China dan Asia
Tenggara termasuk Indonesia (hanya di
Sumatera). Dengan ukuran tubuhnya yang relatif agak besar, kucing emas
mampu memangsa berbagai burung,
tikus besar, reptil,
kambing, domba, rusa muda hingga anak kerbau.
-
Kucing Batu atau Marbled Cat (Pardofelis marmorata)
Kucing batu (Pardofelis marmorata)
berukuran kecil dengan panjang tubuh 45-62 cm, panjang ekor 35-55 cm
dan berat 2-5 kg. Kucing yang sangat gesit dan pandai memanjat ini
memiliki pola tubuh hampir menyerupai macan dahan. Selengkapnya tentang
spesies kucing ini baca: Kucing
Batu.
-
Macan Dahan atau Sunda Clouded Leopard (Neofelis diardi)
Macan dahan merupakan spesies kucing
liar dengan ukuran tubuh sedang. Macan dahan (Neofelis diardi)
yang berkerabat dekat dengan macan dahan asia (neofelis nebulosa)
ini terdiri atas dua subspesies yakni subspesies Sumatera (Neofelis
diardi diardi) dan Kalimantan (Neofelis diardi borneensis).
Selengkapnya mengenai macan dahan silahkan baca: Macan
Dahan.
-
Macan Tutul Jawa atau Macan Kumbang atau Leopard (Panthera pardus melas)
Macan tutul jawa merupakan subspesies
macan tutul yang hanya terdapat di pulau Jawa saja. Kucing berukuran
besar ini mempunyai motif bulu yang khas dengan totol-totolnya. Sering
kali didapati juga variasi bulu warna hitam mengkilat sehingga variasi
ini sering kali dinamakan sebagai macan kumbang. IUCN Redlist menetapkan
statusnya dalam Critically Endangered (kritis). Untuk penjelasan lebih
detail baca: Macan
Tutul.
-
Harimau Sumatera atau Sumatran Tiger (Panthera tigris sumatrae)
Harimau sumatera (Panthera tigris
sumatrae) merupakan salah satu dari 7 subspesies harimau di dunia
dan satu-satunya dari tiga subspesies harimau Indonesia yang masih
bertahan hidup hingga kini. Kucing besar dengan ukuran tubuh sekitar
198-204 cm dan berat 90-150 kg ini hanya dapat ditemukan di pulau
Sumatera Indonesia. Populasinya diperkirakan tidak lebih dari 400 ekor.
Lantaran itu IUCN Redlist mengategorikannya dalam status Critically
Endangered (kritis). Untuk penjelasan lebih detail baca: Harimau
Sumatera.
Kucing Congkok, kucing hutan, kucing
bakau, kucing merah, kucing emas, dan kucing batu sering kali hanya
disebut sebagai kucing hutan saja. Dan di samping kesembilan kucing liar
tersebut di Indonesia juga terdapat juga Kucing Rumah atau Domestic Cat
(Felis catus) yang biasa dipelihara.
Sobat sekalian pasti bertanya-tanya;
kalau kucing garong termasuk spesies kucing yang mana, ya?. Tau, deh.
Referensi dan gambar:
-
www.iucnredlist.org
-
artikel terdahulu Alamendah’s Blog
-
gambar: commons.wikimedia.org dan artikel terdahuluhttp://alamendah.wordpress.com/2011/06/10/aneka-jenis-spesies-kucing-indonesia/
Subscribe to:
Posts (Atom)