"Komputer itu harus membantu
proses pembelajaran. Nah, kalau komputer itu di sekolah hanya dipindahkan masuk
ke lab, itu salah. Salah besar kalau komputer itu sekedar alat untuk belajar
komputer," ujar Budi di Yogyakarta, Kamis (24/7). Menurut Budi, sekolah
sebagai institusi pendidikan harusnya semakin menyadari bahwa anak-anak sekarang
sudah mengenal teknologi dari usia yang begitu muda. Dalam urusan teknologi,
guru sebenarnya lebih ketinggalan dari anak-anak didiknya.
"Anak-anak sekarang jadi lebih
canggih. Jadi kalau SMA itu masih ngajarin word, ya salah. Harusnya
menyuruh mereka untuk memanfaatkannya untuk buat laporan, presentasi,"
tandas Budi. Budi yang sudah cukup lama menekuni multimedia pembelajaran sejak
tahun 1993 mengatakan meski multimedia pembelajaran berperan meningkatkan
efektivitas penyampaian bahan ajar, tidak semua topik pembelajaran dapat
disampaikan dengan multimedia. Bahan-bahan yang biasanya peru disampaikan dengan multimedia
adalah bahan-bahan yang sulit diamati, sulit dipahami, atau karena sekolah
tidak memiliki alatnya. "Jadi jangan ramai-ramai harus lewat multimedia.
Kalau bisa pakai lidi ngapain pake CD?" ujar Budi sambil tertawa.
Budi mengatakan, sebenarnya guru
tidak perlu repot untuk mempersiapkan penggunaan teknologi dalam menyampaikan
bahan ajarnya. Budi medorong para guru untuk membuat tim di antara mereka. Satu
tim harus ada yang bertindak sebagai penulis naskah dan programmer.
Penulis naskah adalah guru-guru yang tajam dalam penyusunan materi. Materi yang
telah disusun kemudian diserahkan kepada para guru yang cukup menguasai
komputer.
"Biasanya, guru-guru muda atau
guru komputer," tandas Budi. Dengan demikian, juga bisa melatih guru
bekerja sama dan bersinergi dalam mengajar anak didik. Selain itu, di antara
guru sendiri bisa bertukar informas dan pengetahuan tentang mata pelajaran atau
teknologi komputer, misalnya cara mengaplikasikan program tertentu secara
maksimal.
Karena ketekunannya untuk
mengawinkan teknologi dan dunia pendidikan, Budi pernah menjadi pemenang Lomba
Inovasi Guru Nasional pada tahun 2004 dan 2005 yang diselenggarakan oleh
Microsoft sehingga mendapat kesempatan untuk mengikuti event yang sama
di tingkat regional Asia-Pasifik.
Di tahun 2004, guru fisika ini
membuat multimedia untuk topik Gerak Melingkar sedangkan tahun 2005 untuk topik
Fluida. Karena mengikuti lomba ini, Budi memperoleh kesempatan dari Microsoft
untuk melatih para guru di wilayahnya untuk memanfaatkan teknologi informasi
dalam menyampaikan bahan ajar didukung oleh Microsoft dan Diknas setempat.
Hingga saat ini sudah 1.280 guru yang diajarnya mulai dari guru SD hingga SMA, mencakup
guru SLB dan SMK.
"Microsoft mensupport
saya untuk melakukan pelatihan dan membuat training untuk daerah-daerah bekerja
sama dengan diknas. Saya cari daerah sendiri dan membuat kurikulum sendiri.
Saya ajarkan mereka membuat multimedia pembelajaran dan belajar memanfaatkan
teknologi informasi," tandas Budi.
Budi menganggap pengalaman mengikuti
Lomba Guru Inovatif Nasional sangat berharga. Di tingkat regional, dia dapat
bertemu dengan guru-guru se-Asia-Pasifik untuk sharing pengalaman dan
pengetahuan. "Di sana ,
kita bisa sharing, melihat kemajuan implementasi TI di negara-negara
lain. Guru-guru juga dapat mengukur kemampuan dan bertukar software dan
rahasia. Contoh Malaysia ,
mereka coba memaksimalkan Microsoft Excel untuk menyampaikan bahan ajar kimia dan
fisika," tandas Budi.
Caroline Damanik | Kamis, 24 Juli 2008 | 18:05 WIB
0 comments:
Post a Comment